Sabtu, 20 Desember 2008

Teori Semiotic

“Semiotics is the theory and analysis of signs and significations. A semiotician like the early Barthes sees social and cultural life in terms of signification, and therefor in terms of the non-essential nature of objects.... Semiotics also studies the way that signs signify – in the conventional literaty texts and legal documents, or in advertisements and bodily conducts.” - John Lechte (1994: 121)

SISTEM TANDA, SEMIOTIKA TEKS DAN TEORI KODE


Karya arsitektural selalu mengandung pesan didalamnya, baik itu berupa gagasan, ideologi, dan bahkan misi yang ingin dicapai oleh sang arsitek melalui hasil karyanya tersebut. Pesan ini kemudian terwujud dalam bentukan elemen-elemen arsitektural bangunannya, baik yang secara lepas maupun saling terintegrasi kemudian membentuk suatu sistem tanda baik pada ruang luar (eksterior) maupun ruang dalam (interior) dan menjadi karakter dari bangunan tersebut. Pembahasan sistem tanda tak akan lepas dari bahasan semiotika. Semiotika (semiotics) berasal dari bahasa Yunani “semeion” yang berarti tanda. Tanda-tanda tersebut menyampaikan suatu informasi sehingga bersifat komunikatif, mampu menggantikan suatu yang lain (stand for something else) yang dapat dipikirkan atau dibayangkan (Broadbent, 1980).
Metode semiotika secara prinsip bersifat kualitatif-interpretatif dan dapat diperluas sehingga bersifat kualitatif-empiris. Metode kualitatif-interpretatif lebih berfokus kepada teks dan kode yang nampak secara visual sedang metode kualitatif-empiris membahas pada subyek pengguna teks (Yusita Kusumarini,2006).

Sistem Tanda (Semiotik)
Semiotik (semiotic) adalah teori tentang pemberian ‘tanda’. Secara garis besar semiotik digolongkan menjadi tiga konsep dasar, yaitu semiotik pragmatik (semiotic pragmatic), semiotik sintatik (semiotic syntactic), dan semiotik semantik (semiotic semantic) (Wikipedia,2007).

Semiotik Pragmatik (semiotic pragmatic)
Semiotik Pragmatik menguraikan tentang asal usul tanda, kegunaan tanda oleh yang menerapkannya, dan efek tanda bagi yang menginterpretasikan, dalam batas perilaku subyek. Dalam arsitektur, semiotik prakmatik merupakan tinjauan tentang pengaruh arsitektur (sebagai sistem tanda) terhadap manusia dalam menggunakan bangunan. Semiotik Prakmatik Arsitektur berpengaruh terhadap indera manusia dan perasaan pribadi (kesinambungan, posisi tubuh, otot dan persendian). Hasil karya arsitektur akan dimaknai sebagai suatu hasil persepsi oleh pengamatnya, hasil persepsi tersebut kemudian dapat mempengaruhi pengamat sebagai pemakai dalam menggunakan hasil karya arsitektur. Dengan kata lain, hasil karya arsitektur merupakan wujud yang dapat mempengaruhi pemakainya.

Semiotik Sintaktik (semiotic syntactic)
Semiotik Sintaktik menguraikan tentang kombinasi tanda tanpa memperhatikan ‘makna’nya ataupun hubungannya terhadap perilaku subyek. Semiotik Sintaktik ini mengabaikan pengaruh akibat bagi subyek yang menginterpretasikan. Dalam arsitektur, semiotik sintaktik merupakan tinjauan tentang perwujudan arsitektur sebagai paduan dan kombinasi dari berbagai sistem tanda. Hasil karya arsitektur akan dapat diuraikan secara komposisional dan ke dalam bagian-bagiannya, hubungan antar bagian dalam keseluruhan akan dapat diuraikan secara jelas.

Semiotik Semantik (semiotic semantic)
Semiotik Sematik menguraikan tentang pengertian suatu tanda sesuai dengan ‘arti’ yang disampaikan. Dalam arsitektur semiotik semantik merupakan tinjauan tentang sistem tanda yang dapat sesuai dengan arti yang disampaikan. Hasil karya arsitektur merupakan perwujudan makna yang ingin disampaikan oleh perancangnya yang disampaikan melalui ekspresi wujudnya. Wujud tersebut akan dimaknai kembali sebagai suatu hasil persepsi oleh pengamatnya. Perwujudan makna suatu rancangan dapat dikatakan berhasil jika makna atau ‘arti’ yang ingin disampaikan oleh perancang melalui rancangannya dapat dipahami dan diterima secara tepat oleh pengamatnya, jika ekspresi yang ingin disampaikan perancangnya sama dengan persepsi pengamatnya.

Teori Semiotik
Di dalam bidang filsafat, bidang linguistik hingga arsitektur dikenal beberapa tokoh yang mengungkapkan teori-teori mereka tentang semiotika. Teori semiotika tersebut biasa dikelompokkan menjadi teori semiotika dikotomi (yang dibagi menjadi dua bagian) dan trikotomi (yang dibagi menjadi tiga bagian). Teori semiotika yang banyak digunakan dalam pengkajian sistem tanda antara lain, Teori Semiotika Ferdinand De Saussure, Semiotika Roland Barthes, Semiotika C.K. Ogden dan I.A. Richard, dan Semiotika Charles Sanders Peirce.

Semiotika Saussure
Teori Semiotik ini dikemukakan oleh Ferdinand De Saussure (1857-1913). Dalam teori ini semiotik dibagi menjadi dua bagian (dikotomi) yaitu penanda (signifier) dan pertanda (signified). Penanda dilihat sebagai bentuk/wujud fisik dapat dikenal melalui wujud karya arsitektur, sedang pertanda dilihat sebagai makna yang terungkap melalui konsep, fungsi dan/atau nilai-nlai yang terkandung didalam karya arsitektur. Eksistensi semiotika Saussure adalah relasi antara penanda dan petanda berdasarkan konvensi, biasa disebut dengan signifikasi. Semiotika signifikasi adalah sistem tanda yang mempelajari relasi elemen tanda dalam sebuah sistem berdasarkan aturan atau konvensi tertentu. Kesepakatan sosial diperlukan untuk dapat memaknai tanda tersebut.

Semiotika Barthes
Teori ini dikemukakan oleh Roland Barthes (1915-1980), dalam teorinya tersebut Barthes mengembangkan semiotika menjadi 2 tingkatan pertandaan, yaitu tingkat denotasi dan konotasi. Denotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda pada realitas, menghasilkan makna eksplisit, langsung, dan pasti. Konotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda yang di dalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung, dan tidak pasti (Yusita Kusumarini,2006).

Semiotika Ogden & Richard
Teori Semiotika C. K. Ogden dan I. A. Richard merupakan teori semiotika trikotomi yang dikembangkan dari Teori Saussure dan Teori Barthes yang didalamnya terdapat perkembangan hubungan antara Petanda (signified) dengan Penanda (signifier) dimana Penanda kemudian dibagi menjadi dua yaitu Peranti (Actual Function/Object Properties) dan Penanda (signifier) itu sendiri. Petanda merupakan Konotasi dari Penanda, sedangkan Peranti merupakan Denotasi dari Penanda. Pada teori ini Petanda merupakan makna, konsep, gagasan, sedang Penanda merupakan gambaran yang menjelaskan peranti, penjelasan fisik obyek benda, kondisi obyek/benda, dan cenderung (tetapi tidak selalu) berupa ciri-ciri bentuk, ruang, permukaan dan volume yang memiliki suprasegmen tertentu (irama, warna, tekstur, dsb) dan Peranti merupakan wujud obyek/benda/fungsi aktual (Christian).

Semiotika Peirce
Teori ini dikemukakan oleh Charles Sanders Peirce, seorang filsuf Amerika. Menurut Peirce, tanda adalah “…something which stands to somebody for something in some respect or capacity” (Noth, 1995). Menurut Peirce subjek berperan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari pertandaan. Hal ini yang membuat eksistensi semiotika Peirce adalah semiotika komunikasi (Yusita Kusumarini,2006). Peirce mengelompokkan tanda menjadi 3 jenis, yaitu indeks (index), ikon (icon), dan simbol (symbol). Indeks adalah ungkapan ‘tanda’ atau representasi suatu obyek akibat hubungan dinamis antara obyek yang ‘diterima’ secara fisik dan mempengaruhi perasaan atau ingatan seseorang dalam pembentukan persepsinya. Ikon adalah ungkapan ‘tanda’ suatu obyek berdasarkan persepsi imajenatif yang mengkaitkan obyek tersebut dengan obyek lain yang belum tentu ada. Sedangkan simbol adalah ungkapan ‘tanda’ suatu obyek berdasarkan konsep tertentu, biasanya asosiasi terhadap suatu gagasan umum (Christian). Pada Indeks hubungan antara penanda dan petanda di dalamnya bersifat kausal, pada Ikon hubungan antara penanda dan petandanya bersifat keserupaan, sedangkan pada simbol hubungan antara penanda dan petandanya bersifat arbiter (Piliang, 2003).

Semiotika Teks
Pengertian teks secara sederhana adalah “kombinasi tanda-tanda” (Piliang, 2003). Dalam pemahaman yang sama, semua produk desain (termasuk arsitektur dan interior) dapat dianggap sebagai sebuah teks, karena produk desain tersebut merupakan kombinasi elemen tanda-tanda dengan kode dan aturan tertentu, sehingga menghasilkan sebuah ekspresi bermakna dan berfungsi (Yusita Kusumarini,2006). Dalam menganalisis dengan metode semiotika, pada prinsipnya dilakukan dalam dua tingkatan analisis, yaitu :
Analisis tanda secara individual (jenis tanda, mekanisme atau struktur tanda), dan makna tanda secara individual.§
Analisis tanda sebagai sebuah kelompok atau kombinasi (kumpulan tanda yang membentuk teks), biasa disebut analisis teks.§
Untuk menganalisis tanda secara individual dapat digunakan model analisis tipologi tanda, struktur tanda, dan makna tanda (Piliang, 2003). Analisis tipologi tanda tersebut menggunakan teori semiotik pengelompokan tanda Charles Sanders Peirce. Sedangkan dalam hal analisis struktur tanda menggunakan teori semiotik Ferdinand de Saussure. Kemudian dalam menganalisis makna tanda dapat dilakukan dengan menggabungkan hasil analisis tipologi tanda dan struktur tanda. Gabungan analisis keduanya (tipologi tanda dan struktur tanda) akan menghasilkan makna tanda yang lebih kuat (Yusita Kusumarini,2006).

Untuk menganalisis tanda secara kelompok atau kombinasinya (analisis teks), tidak hanya sebatas menganalisis tanda (jenis, struktur, dan makna) tetapi juga termasuk pemilihan tanda yang dikombinasi dalam kelompok atau pola yang lebih besar (teks) yang mengandung representasi sikap, ideologi, atau mitos tertentu (latar belakang kombinasi tanda). Ada beberapa model dan prinsip analisis teks, salah satunya yang diajukan oleh Thwaites (Piliang, 2003). Prinsip dasar analisis teks adalah polisemi (keanekaragaman makna sebuah penanda). Konotasi tanda berkaitan dengan kode nilai, makna sosial, dan berbagai perasaan, sikap, atau emosi. Tiap teks adalah kombinasi sintagmatik tanda-tanda yang melalui kode sosial tertentu menghasilkan konotasi tertentu (metafora dan metonimi menjadi bagian dari kombinasi tanda). Konotasi yang berbeda bergantung pada posisi sosial pembaca dan faktor lain yang mempengaruhi cara berpikir dan menafsirkan teks. Konotasi yang diterima luas secara sosial akan menjadi denotasi (makna teks yang dianggap benar). Denotasi merepresentasikan mitos budaya, kepercayaan, dan sikap yang dianggap benar (Yusita Kusumarini,2006).

Teori Kode
Kode adalah seperangkat aturan atau konvensi (kesepakatan) bersama yang di dalamnya tanda-tanda dapat dikombinasikan, sehingga memungkinkan pesan dapat dikomunikasikan dari seseorang kepada yang lain (Eco, 1979).
Di dalam kehidupan manusia banyak ditemukan penggunaan kode-kode sebagai perwujudan suatu makna tertentu. Salah satunya adalah budaya, budaya dapat dianggap sebagai kumpulan kode yang membentuk tingkah laku manusia, menjadi bermacam tingkatan dan cara, tergantung pada lingkungan. Ada 2 arti dari istilah “kode”. Pertama, kode menunjukkan bentuk status yang sistematis, aturan, dan sebagainya. Kedua, kode menyangkut suatu ide rahasia, satu set bentuk, huruf, atau simbol yang mengaburkan arti, dan dapat dipecahkan bila diketahui penyusunan pokok kode tersebut. Jika kedua aspek tersebut dikombinasikan (sistematis dan rahasia), maka kode tersebut kemudian dikenali sebagai kode kultur (culture code), yaitu mengarah dalam budaya yang tidak dikenal tetapi mempunyai struktur jelas dan spesifik (Berger, 2005).
Pierre Guiraud mengemukakan 3 jenis kode, yaitu kode sosial, kode estetika, dan kode logika. Kode sosial berkaitan dengan hubungan pria-wanita, dan mencakup wilayah identitas dan tingkatan, aturan tingkah laku, mode, dan sebagainya. Kode estetika berkaitan dengan seni dan bagaimana menginterpretasi dan mengevaluasi seni. Sedangkan kode logika mencakup usaha kita untuk membuat sadar akan dunia dan pengetahuan ilmiah, dan sistem komunikasi tanpa bahasa (Berger, 2005). Kode ilmiah (logika) cenderung statis, kode estetika dan sosial terus mengalami perubahan (dinamis). Dalam membahas suatu hasil karya arsitektur, pembacaan kode menggunakan batasan kode teknik, kode sintagmatik, dan kode semantik (Yusita Kusumarini,2006).


REFERENSI
Berger, Arthur Asa, 2005, Tanda-Tanda Dalam Kebudayaan Kontemporer, Sebuah Pengantar Semiotika (Terjemahan dari: Signs in Contemporary Culture, An Introduction to Semiotics), Jogja: Tiara Wacana.

Broadbent, Geoffrey, 1980, Sign, Symbol and Architecture, Jhon Wiley & Sons, New York.

Christian, J.S.T., Materi Kuliah Teori Arsitektur 2, BAB VII Semiotika.

Eco, Umberto, 1979, A Theory of Semiotics, Indiana University Press.

Kusumarini, Yusnita, 2006, Analisis Teks Dan Kode Interior Gereja Karya Tadao Ando “Church of The Light” dan “Church on the Water”. Dimensi Interior, Vol.4, No.1. Bandung: Jurusan Desain Interior, Fakultas Seni dan Desain – Universitas Kristen Petra.

Noth, Winfried. 1995, Handbook of Semiotics, Indiana University Press.

Piliang, Yasraf Amir, 2003, Hipersemiotika, Yogyakarta: Jalasutra.

www.id.wikipedia.org/wiki/Semiotika

Proposal Penelitian

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah memberikan pengaruh terhadap dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran. Menurut Rosenberg (2001), dengan berkembangnya penggunaan TIK ada lima pergeseran dalam proses pembelajaran yaitu:

1. dari pelatihan ke penampilan,
2. dari ruang kelas ke di mana dan kapan saja,
3. dari kertas ke “on line” atau saluran,
4. fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja,
5. dari waktu siklus ke waktu nyata.

Komunikasi sebagai media pendidikan dilakukan dengan menggunakan media-media komunikasi seperti telepon, komputer, internet, e-mail, dsb. Interaksi antara guru dan siswa tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi juga dilakukan dengan menggunakan media-media tersebut. Guru dapat memberikan layanan tanpa harus berhadapan langsung dengan siswa. Demikian pula siswa dapat memperoleh informasi dalam lingkup yang luas dari berbagai sumber melalui cyber space atau ruang maya dengan menggunakan komputer atau internet. Hal yang paling mutakhir adalah berkembangnya apa yang disebut “cyber teaching” atau pengajaran maya, yaitu proses pengajaran yang dilakukan dengan menggunakan internet. Istilah lain yang makin poluper saat ini ialah e-learning yaitu satu model pembelajaran dengan menggunakan media teknologi komunikasi dan informasi khususnya internet.

Menurut Rosenberg (2001; 28), e-learning merupakan satu penggunaan teknologi internet dalam penyampaian pembelajaran dalam jangkauan luas yang belandaskan tiga kriteria yaitu:

1. e-learning merupakan jaringan dengan kemampuan untuk memperbaharui, menyimpan, mendistribusi dan membagi materi ajar atau informasi,
2. pengiriman sampai ke pengguna terakhir melalui komputer dengan
menggunakan teknologi internet yang standar,
3. memfokuskan pada pandangan yang paling luas tentang pembelajaran di
balik paradigma pembelajaran tradisional.

2. JUDUL

Judul yang diambil oleh penulis ialah “PERANAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DALAM PEMBELAJARAN”

3. RUMUSAN MASALAH

Perumusan masalah yang dapat diambil berdasarkan latar belakang diatas adalah

Bagaimana peranan Teknologi Informasi dan Komunikasi Dalam Pembelajaran.

4. TUJUAN MASALAH

Setiap penelitian harus memiliki tujuan yang hendak dicapai, adapun penetapan tujuan dalam suatu penelitian merupakan langkah awal untuk menentukan langkah selanjutnya.

Tujuan permasalahan ini adalah Peranan Teknologi Informasi dan Komunikasi Dalam Pembelajaran.

5. BATASAN MASALAH

Agar lebih terarah dan tidak terlalu luas dalam pencapaian tujuan, maka permasalahan ini dibatasi pada Peranan Teknologi Informasi dan Komunikasi Dalam Pembelajaran.

6. HIPOTESIS

Berdasarkan anggapan dasar yang telah diuraikan, maka penulis merumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

1. Peran siswa sekolah pada kreativitas dan kemandirian belajar TIK

2. Peran guru dalam menyampaikan TIK pada pembelajaran di sekolah

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. TIK dalam Pembelajaran

Saat ini e-learning telah berkembang dalam berbagai model pembelajaran yang berbasis TIK seperti: CBT (Computer Based Training), CBI (Computer Based Instruction), Distance Learning, Distance Education, CLE (Cybernetic Learning Environment), Desktop Videoconferencing, ILS (Integrated Learning Syatem), LCC (Learner-Cemterted Classroom), Teleconferencing, WBT (Web-Based Training), dsb.

Satu bentuk produk TIK adalah internet yang berkembang pesat di penghujung abad 20 dan di ambang abad 21. Kehadirannya telah memberikan dampak yang cukup besar terhadap kehidupan umat manusia dalam berbagai aspek dan dimensi. Internet merupakan salah satu instrumen dalam era globalisasi yang telah menjadikan dunia ini menjadi transparan dan terhubungkan dengan sangat mudah dan cepat tanpa mengenal batas-batas kewilayahan atau kebangsaan.

Melalui internet setiap orang dapat mengakses ke dunia global untuk memperoleh informasi dalam berbagai bidang dan pada glirannya akan memberikan pengaruh dalam keseluruhan perilakunya. Dalam kurun waktu yang amat cepat beberapa dasawarsa terakhir telah terjadi revolusi internet di berbagai negara serta penggunaannya dalam berbagai bidang kehidupan. Keberadaan internet pada masa kini sudah merupakan satu kebutuhan pokok manusia modern dalam menghadapi berbagai tantangan perkembangan global. Kondisi ini sudah tentu akan memberikan dampak terhadap corak dan pola-pola kehidupan umat manusia secara keseluruhan. Dalam kaitan ini, setiap orang atau bangsa yang ingin lestari dalam menghadapi tantangan global, perlu meningkatkan kualitas dirinya untuk beradaptasi dengan tuntutan yang berkembang.

TIK telah mengubah wajah pembelajaran yang berbeda dengan
proses pembelajaran tradisional yang ditandai dengan interaksi tatap muka
antara guru dengan siswa baik di kelas maupun di luar kelas.

Di masa-masa mendatang, arus informasi akan makin meningkat melalui jaringan internet yang bersifat global di seluruh dunia dan menuntut siapapun untuk beradaptasi dengan kecenderungan itu kalau tidak mau ketinggalan
jaman. Dengan kondisi demikian maka pendidikan khususnya proses
pembelajaran cepat atau lambat tidak dapat terlepas dari keberadaan komputer dan internet sebagai alat bantu utama. Majalah Asiaweek terbitan 20-27 Agustus 1999 telah menurunkan tulisan-tulisan dalam tema “Asia in the New Millenium” yang memberikan gambaran berbagai kecenderungan perkembangan yang akan terjadi di Asia dalam berbagai aspek seperti ekonomi, politik, agama, sosial, budaya, kesehatan, pendidikan, dsb. termasuk di dalamnya pengaruh revolusi internet dalam berbagai dimensi kehidupan. Salah satu tulisan yang berkenaan dengan dunia pendidikan disampaikan oleh Robin Paul Ajjelo dengan judul “Rebooting:The Mind Starts at School”. Dalam tulisan tersebut dikemukakan bahwa ruang kelas di era millenium yang akan datang akan jauh berbeda dengan ruang kelas seperti sekarang ini yaitu dalam bentuk seperti laboratorium komputer di mana tidak terdapat lagi format anak duduk di bangku dan guru berada di depan kelas. Ruang kelas di masa yang akan datang disebut sebagai “cyber classroom” atau “ruang kelas maya” sebagai tempat anak-anak melakukan aktivitas pembelajaran secara individual maupun kelompok dengan pola belajar yang disebut “interactive learning” atau pembelajaran interaktif melalui komputer dan internet.

Anak-anak berhadapan dengan komputer dan melakukan aktivitas pembelajaran secara interaktif melalui jaringan internet untuk memperoleh materi belajar dari berbagai sumber belajar. Anak akan melakukan kegiatan belajar yang sesuai dengan kondisi kemampuan individualnya sehingga anak yang lambat atau cepat akan memperoleh pelayanan pembelajaran yang sesuai dengan dirinya. Kurikulum dikembangkan sedemikian rupa dalam bentuk yang lebih kenyal atau lunak dan fleksibel sesuai dengan kondisi lingkungan dan kondisi anak sehingga memberikan peluang untuk terjadinya proses pembelajaran maju berkelanjutan baik dalam dimensi waktu maupun ruang dan materi. Dalam situasi seperti ini, guru bertindak sebagai fasilitator pembelajaran sesuai dengan peran-peran sebagaimana dikemukakan di atas.

Dalam tulisan itu, secara ilustratif disebutkan bahwa di masa-masa mendatang isi tas anak sekolah bukan lagi buku-buku dan alat tulis seperti sekarang ini, akan tetapi berupa:

1. komputer notebook dengan akses internet tanpa kabel, yang bermuatan
materi-materi belajar yang berupa bahan bacaan, materi untuk dilihat atau
didengar, dan dilengkapi dengan kamera digital serta perekam suara,

2. Jam tangan yang dilengkapi dengan data pribadi, uang elektronik, kode
sekuriti untuk masuk rumah, kalkulator, dsb.

3. Videophone bentuk saku dengan perangkat lunak, akses internet,
permainan, musik, dan TV,

4. alat-alat musik,

5. alat olah raga, dan

6. bingkisan untuk makan siang.

Hal itu menunjukkan bahwa segala kelengkapan anak sekolah di masa itu nanti berupa perlengkapan yang bernuansa internet sebagai alat bantu belajar. Meskipun teknologi informasi komunikasi dalam bentuk komputer dan internet telah terbukti banyak menunjang proses pembelajaran anak secara lebih efektif dan produktif, namun di sisi lain masih banyak kelemahan dan kekurangan. Dari sisi kegairahan kadang-kadang anak-anak lebih bergairah dengan internetnya itu sendiri dibandingkan dengan materi yang dipelajari. Dapat juga terjadi proses pembelajaran yang terlalu bersifat individual sehingga mengurangi pembelajaran yang bersifat sosial. Dari aspek informasi yang diperoleh, tidak terjamin adanya ketepatan informasi dari internet sehingga sangat berbahaya kalau anak kurang memiliki sikap kritis terhadap informasi yang diperoleh. Bagi anak-anak sekolah
dasar penggunaan internet yang kurang proporsional dapat mengabaikan
peningkatan kemampuan yang bersifat manual seperti menulis tangan,
menggambar, berhitung, dsb. Dalam hubungan ini guru perlu memiliki
kemampuan dalam mengelola kegiatan pembelajaran secara proporsional dan demikian pula perlunya kerjasama yang baik dengan orang tua untuk
membimbing anak-anak belajar di rumah masing-masing. Pergeseran pandangan tentang pembelajaran Untuk dapat memanfaatkan TIK dalam memperbaiki mutu pembelajaran, ada tiga hal yang harus diwujudkan yaitu:

1. siswa dan guru harus memiliki akses kepada teknologi digital dan internet dalam kelas, sekolah, dan lembaga pendidikan guru,

2. harus tersedia materi yang berkualitas, bermakna, dan dukungan kultural
bagi siswa dan guru, dan

3. guru harus memilikio pengetahuan dan ketrampilan dalam menggunakan
alat-alat dan sumber-sumber digital untuk membantu siswa agar
mencaqpai standar akademik.

Sejalan dengan pesatnya perkembangan TIK, maka telah terjadi pergeseran
pandangan tentang pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas. Dalam pandangan tradisional di masa lalu (dan masih ada pada masa sekarang),
proses pembelajaran dipandang sebagai:

1. sesuatu yang sulit dan berat,

2. upaya mengisi kekurangan siswa,

3. satu proses transfer dan penerimaan informasi,

4. proses individual atau soliter,

5. kegiatan yang dilakukan dengan menjabarkan materi pelajaran kepada
satuan-satuan kecil dan terisolasi,

6. suatu proses linear.

Sejalan dengan perkembangan TIK telah terjadi perubahan pandangan
mengenai pembelajaran yaitu pembelajaran sebagai:

1. proses alami,

2. proses sosial,

3. proses aktif dan pasif,

4. proses linear dan atau tidak linear,

5. proses yang berlangsung integratif dan kontekstual,

6. aktivitas yang berbasis pada model kekuatan, kecakapan, minat, dan
kulktur siswa,

7. aktivitas yang dinilai berdasarkan pemenuhan tugas, perolehan hasil, dan pemecahan masalah nyata baik individual maupun kelompok.

Hal itu telah menguban peran guru dan siswa dalam pembelajaran. Peran guru telah berubah dari:

1. sebagai penyampai pengetahuan, sumber utama informasi, akhli materi,
dan sumber segala jawaban, menjadi sebagai fasilitator pembelajaran,
pelatih, kolaborator, navigator pengetahuan, dan mitra belajar;

2. dari mengendalikan dan mengarahkan semua aspek pembelajaran,
menjadi lebih banyak memberikan lebih banyak alternatif dan tanggung
jawab kepada setiap siswa dalam proses pembelajaran.

Sementara itu peran siswa dalam pembelajaran telah mengalami perubahan
yaitu:

1. dari penerima informasi yang pasif menjadi partisipan aktif dalam proses
pembelajaran,

2. dari mengungkapkan kembali pengetahuan menjadi menghasilkan dan
berbagai pengetahuan,

3. dari pembelajaran sebagai aktiivitas individual (soliter) menjadi
pembelajaran berkolaboratif dengan siswa lain.

2.2. Kreativitas dan kemandirian belajar

Dengan memperhatikan pengalaman beberapa negara sebagaimana
dikemukakan di atas, jelas sekali TIK mempunyai pengaruh yang cukup berarti terhadap proses dan hasil pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas. TIK telah memungkinkan terjadinya individuasi, akselerasi, pengayaan, perluasan, efektivitas dan produktivitas pembelajaran yang pada gilirannya akan meningkatkan kualitas pendidikan sebagai infrastruktur pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan.

Melalui penggunaan TIK setiap siswa akan terangsang untuk belajar maju berkelanjutan sesuai dengan potensi dan kecakapan yang dimilikinya. Pembelajaran dengan menggunakan TIK menuntut kreativitas dan kemandirian diri sehingga memungkinkan mengembangkan semua potensi yang dimilikinya. Dalam menghadapi tantangan kehidupan modern di abad-21 ini kreativitas dan kemandirian sangat diperlukan untuk mampu beradaptasi dengan berbagai tuntutan. Kreativitas sangat diperlukan dalam hidup ini dengan beberapa alasan antara lain: pertama, kreativitas memberikan peluang bagi individu untuk mengaktualisasikan dirinya, kedua, kreativitas memungkinkan orang dapat menemukan berbagai alternatif dalam pemecahan masalah, ketiga, kreativitas dapat memberikan kepuasan hidup, dan keempat, kreativitas memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya. Dari segi kognitifnya, kreativitas merupakan kemampuan berfikir yang memiliki kelancaran, keluwesan, keaslian, dan perincian. Sedangkan dari segi afektifnya kreativitas ditandai dengan motivasi yang kuat, rasa ingin tahu, tertarik dengan tugas majemuk, berani menghadapi resiko, tidak mudah putus asa, menghargai keindahan, memiliki rasa humor, selalu ingin mencari pengalaman baru, menghargai diri sendiri dan orang lain, dsb.

Karya-karya kreatif ditandai dengan orisinalitas, memiliki nilai, dapat ditransformasikan, dan dapat dikondensasikan. Selanjutnya kemandirian sangat diperlukan dalam kehidupan yang penuh tantangan ini sebab kemandirian merupakan kunci utama bagi individu untuk mampu mengarahkan dirinya ke arah tujuan dalam kehidupannya. Kemandirian didukung dengan kualitas pribadi yang ditandai dengan penguasaan kompetensi tertentu, konsistensi terhadap pendiriannya, kreatif dalam berfikir dan bertindak, mampu mengendalikan dirinya, dan memiliki komitmen yang kuat terhadap berbagai hal.

Dengan memperhatikan ciri-ciri kreativitas dan kemandirian tersebut, maka dapat dikatakan bahwa TIK memberikan peluang untuk berkembangnya kreativitas dan kemandirian siswa. Pembelajaran dengan dukungan TIK memungkinkan dapat menghasilkan karya-karya baru yang orsinil, memiliki nilai yang tinggi, dan dapat dikembangkan lebih jauh untuk kepentingan yang lebih bermakna. Melalui TIK siswa akan memperoleh berbagai informasi dalam lingkup yang lebih luas dan mendalam sehingga meningkatkan wawasannya. Hal ini merupakan rangsangan yang kondusif bagi berkembangnya kemandirian anak terutama dalam hal pengembangan kompetensi, kreativitas, kendali diri, konsistensi, dan komitmennya baik terhadap diri sendiri maupun terhadap pihak lain.

2.3. Peran guru

Semua hal itu tidak akan terjadi dengan sendirinya karena setiap siswa memiliki kondisi yang berbeda antara satu dengan lainnya. Siswa memerlukan bimbingan baik dari guru maupun dari orang tuanya dalam melakukan proses pembelajaran dengan dukungan TIK. Dalam kaitan ini guru memegang peran yang amat penting dan harus menguasai seluk beluk TIK dan yang lebih penting lagi adalah kemampuan memfasilitasi pembelajaran anak secara efektif. Peran guru sebagai pemberi informasi harus bergeser menjadi manajer pembelajaran dengan sejumlah peran-peran tertentu, karena guru bukan satu-satunya sumber informasi melainkan hanya salah satu sumber informasi. Dalam bukunya yang berjudul “Reinventing Education”, Louis V. Gerstmer, Jr. dkk (1995), menyatakan bahwa di masa-masa mendatang peran-peran guru mengalami perluasan yaitu guru sebagai: pelatih (coaches), konselor, manajer pembelajaran, partisipan, pemimpin, pembelajar, dan pengarang. Sebagai pelatih (coaches), guru harus memberikan peluang yang sebesar-besarnya bagi siswa untuk mengembangkan cara-cara pembelajarannya sendiri sesuai dengan kondisi masing-masing.

Guru hanya memberikan prinsip-prinsip dasarnya saja dan tidak memberikan satu cara yang mutlak. Hal ini merupakan analogi dalam bidang olah raga, di mana pelatih hanya memberikan petunjuk dasar-dasar permainan, sementara dalam permainan itu sendiri para pemain akan mengembangkan kiat-kiatnya sesuai dengan kemampuan dan kondisi yang ada. Sebagai konselor, guru harus mampu menciptakan satu situasi interaksi belajar-mengajar, di mana siswa melakukan perilaku pembelajaran dalam suasana psikologis yang kondusif dan tidak ada jarak yang kaku dengan guru.

Disamping itu, guru diharapkan mampu memahami kondisi setiap siswa dan membantunya ke arah perkembangan optimal. Sebagai manajer pembelajaran, guru memiliki kemandirian dan otonomi yang seluas-luasnya dalam mengelola keseluruhan kegiatan belajar-mengajar dengan mendinamiskan seluruh sumber-sumber penunjang pembelajaran.

Sebagai partisipan, guru tidak hanya berperilaku mengajar akan tetapi juga berperilaku belajar dari interaksinya dengan siswa. Hal ini mengandung makna bahwa guru bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi anak, akan tetapi ia sebagai fasilitator pembelajaran siswa.

Sebagai pemimpin, diharapkan guru mampu menjadi seseorang yang mampu menggerakkan orang lain untuk mewujudkan perilaku menuju tujuan bersama. Disamping sebagai pengajar, guru harus mendapat kesempatan untuk mewujudkan dirinya sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam berbagai kegiatan lain di luiar mengajar.

Sebagai pembelajar, guru harus secara terus menerus belajar dalam rangka menyegarkan kompetensinya serta meningkatkan kualitas profesionalnya.

Sebagai pengarang, guru harus selalu kreatif dan inovatif menghasilkan berbagai karya yang akan digunakan untuk melaksanakan tugas-tugas profesionalnya. Guru yang mandiri bukan sebagai tukang atau teknisi yang harus mengikuti satu buku petunjuk yang baku, melainkan sebagai tenaga yang kreatif yang mampu menghasilkan berbagai karya inovatif dalam bidangnya. Hal itu harus didukung oleh daya abstraksi dan komitmen yang tinggi sebagai basis kualitas profesionalismenya.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Eksperimen

Metode penelitian yang digunakan ini yaitu dengan menggunakan metode eksperimen.

Mengenai metode eksperimen ini Arikunto (2004:4), menjelaskan bahwa : “eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kasual) antar dua factor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengelimir atau mengurangi atau menyesihkan factor ”.

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

· Cahyana,Ahmadjayadi.2008. Peran TIK.

· RAHADI ,ARISTO.2008. PERAN TIK DALAM PEMBELAJARAN.

· Yulianingsih ,Putri.2008.PERAN TIK DALAM PROSES PERUBAHAN SOSIAL.

· Faruqi ,Ismail.2007. Menjadikan Teknologi Informasi dan Komunikasi sebagai Industri Strategis Penunjang Pertahanan.

· Tuhusetya , Sawali . 2007 .Peran TIK dalam Revitalisasi Pembelajaran.

Jawaban UTS KOMPEND

Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan melalui media terrtentu untuk menghasilkan efek /tujuan dengan mengharapkan feedback atau umpan balik.

PENDIDIKAN sangatlah penting dan dibutuhkan oleh setiap orang.....baik pendidikan secara formal maupun non-formal.

Pendidikan adalah sarana untuk mengembangkan diri akan pengetahuan yg belum kita ketahui tentunya, serta melatih kemampuan kita, mempersiapkan diri dengan kualitas yang dapat bersaing bukan hanya lokal tapi juga international.

BAGAN

HUBUNGAN ANTARA ILMU KOMUNIKASI DENGAN PENDIDIKAN/PEMBELAJARAN




Text Box: MEDIA

FEEDBACK

Text Box: Proses Pembelajaran

Ilmu komunikasi sangatlah penting sebab tanpa itu kita tidak akan memperoleh penyampaian penbelajaran yang optimal,terutama oleh para instruktur/pendidik/pengajar.

Kaitannya dalam hal ini adalah cara serta proses komunikadi yang ideal sebagaimana mestinya terstruktur dengan rapi dan akan terus berulang seperti rantai makanan yang takan pernah berhenti berputar.Seperti pada bagan diatas proses komunikasi terjadi anatara guru dengan siswa dimana guru juga berperan memberikan informasi sementara murid memberikan feedback pada gurunya.Dengan demikian maka proses komunikasi dan pembelajaran akan terjadi.Hal ini pun harus didukung dengan suasana atau lingkungan sekitar yang kondusip pula.

. Dance’Helical Model (Model Helical Dance)

Model komunkasi helical ini dapat dikaji sebagai pengembangan dari model sirkular dari Osggod dan Schramm. Ketika membandingkan model komunikasi linier dan sirkular, Dance mengatakan bahwa dewasa ini kebanyakan orang menganggap bahwa pendekatan sirkular adalah paling tepat dalam menjelaskan proses komunikasi.

Heliks (helix), yakni suatu bentuk melingkar yang semakin membesar menunjukkan perhatian kepada suatu fakta bahwa proses komunikasi bergerak maju dan apa yang dikomunikasikan kini akan mempengaruhi struktur dan isi komunikasi yang datang menyusul. Dance menggarisbawahi sifat dinamik dari komunikasi

Proses kounikasi, seperti halnya semua proses sosial, terdiri dari unsur-unsur, hubungan-hubungan dan lingkungan-lingkungan yang terus menerus berubah. Heliks menggambarkan bagaimana aspek-aspek dri proses berubah dari waktu ke waktu.

Dalam percakapan ,misalnya bidang kognitif secara tetap membesar pada mereka yang terlibat. Para aktor komunikasi secara sinambung memperoleh informasi mengenai topik termasa tentang pandangan orang lain, pengetahuan dan sebagainya.( Yahya Nursidik)

Psikologi komunikasi merupakan

perubahan pada diri seseorang terjadi akibat perkembangan individu yang bersangkutan artinya ketika seseorang itu terus berkembang dan secara otomatis akan melakukankomunikasi baik itu langsung ataupun tidak dengan lingkungannya implikasi terhadap indiviu yang bersangkutan adalah akan semakin berkembang dengan kemampuan untuk menguraikan, meramalkan, dan mengendalikan (Deni Darmawan)

Proses pemerataan pendidikan.

Pelaksanaan pendidikan yang merata adalah pelaksanaan program pendidikan yang dilakukan secara komunikatif tiap-tiap daerah yang saling terkait dan dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya bagi seluruh warga negara Indonesia untuk dapat memperoleh pendidikan. Pemerataan dan perluasan pendidikan atau biasa disebut perluasan kesempatan belajar merupakan salah satu sasaran dalam pelaksanaan pembangunan nasional. Hal ini dimaksudkan agar setiap orang mempunyai kesempatan yang sama unutk memperoleh pendidikan. Kesempatan memperoleh pendidikan tersebut tidak dapat dibedakan menurut jenis kelamin, status sosial, agama, amupun letak lokasi geografis.dengan mempelajari ilmu komunikasi maka kesenjangan pendidikan antar daerah atau tiap-tiap daerah akan dapat diminimalisir oleh pemerintah pusat.

TV Edukasi

Stasiun ini memberikan kontribusi yang sangat besar bagi anak-anak Indonesia,terutama bagi mereka yang kurang nmampu membayar biaya sekolah yang sangat tinggi.Anak-anak tersebut dapat berkembang dan memperoleh pengetahuan secara autodidak dengan menonton siaran yang ada di stasiun tv tersebut.Mereka vdapat belajar sekaligus sambil menonton tv.Selain mengasikan,mereka juga mendapatkan pengetahuan yang dapat langsung dipraktikan.

Do’a Shalat Tahajud

Do’a Shalat Tahajud

Astaghfirullaahal’azhiim alladzii laa ilaaha illaa huwalhayyulqayyuumu wa atuubu ilaih. Allaahumma annta rabbi laa ilaaha illaa annta, khalaqtanii wa ana ‘abduka wa ana ‘alaa ‘ahdika wa wa’dika mastatha’tu a’uudzubika minsyarri maa shana’tu abuu’u laka bini’matika ‘alyya wa abuu’u bidzambii, faghfirlii fa’innahu laa yaghfirudzdzunuuba illaa annta.

Rabbanaa aatinaa fiddun-yaa hasanatawwafil’aakhirati hasanatawwaqinaa ‘adzaabannaar.

Allahumma lakalhamdu annta qayyimussamaawaati wal’ardhi wa manfiihinna wa lakalhamdu annta nuurussamaawaati wal’ardhi, wa lakalhamdu anntalhaqq wa wa’dukalhaqq, wa liqaa’uka haqq, wa qauluka haqq, waljannatu haqq, wannaaru haqq, wannabiyuuna haqq, wa muhammadun shallallaahu ‘alaihi wa sallam haqq, wassaa’atu haqq. Allaahumma laka aslamtu wa bika aamanntu wa ‘alaika tawakkaltu wa ilaika anabtu wa bika khaashamtu wa ilaika haakamtu faghfirlii maa qaddamtu wa maa akhkhartu wa maa asrartu wa maa a’lantu, anntalmuqaddimu wa anntalmu’akhkhiru laa ilaaha illaa annta wa laa ilaaha ghairuka wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah.

Rabbi adkhilnii mudkhala shidqiwwa akhrijnii mukharaja shidqiwwaaj’allii milladungka sulthaanannashiiraa.

Aku mohon ampun kepada Allah yang Maha Agung, yang tiada tuhan selain DIA sendiri. Yang Maha Hidup dan Yang Berdiri sendiri-Nya, serta aku bertaubat kepada-Nya.

Ya Allah, Engkaulah Tuhanku, tiada Tuhan selain-Mu. Engkaulah yang menciptakan aku dan aku adalah hamba-Mu, dan aku pun dalam ketentuan-Mu dan dalam janji-Mu, sesuai dengan kemampuanku. Aku berlindung kepada-Mu dari sejahat-jahat kelakuan. Aku mengakui kenikmatan yang kau limpahkan kepadaku dan aku mengakui pula akan dosa-dosa-ku. Maka ampunilah aku, karena tak ada yang dapat menerima taubat atas dosa-dosa-ku selain Engkau sendiri.

Ya Tuhan kami, karuniakanlah kami kebaikan di dunia dan akhirat dan selamatkanlah kami dari siksa neraka. Ya Allah, bagi-Mu puja dan puji. Engkau-lah penguasa langit dan bumi dan apa-apa yang ada di dalam keduanya. Dan bagi-Mu pula puja dan puji, pancaran cahaya langit dan bumi. Bagi-Mu-lah puja dan puji itu, karena hanya Engkau-lah Yang Maha Besar, janji-Mu benar dan pertemuan dengan-Mu-pun benar pula. Firman-Mu benar dan surga-Mu-pun benar. Neraka benar dan para Nabi juga benar serta Nabi Muhammad saw juga benar dan hari kiamat itu benar. Ya Allah, kepada-Mu aku berserah diri dan dengan-Mu aku percaya. Kepada-Mu aku bertawakkal dan kepada-Mu aku akan kembali serta dengan-Mu aku rindu dan kepada-Mu aku berhukum. Ampunillah dosa-dosaku apa yang telah aku lakukan sebelumnya maupun yang terdahulu atau yang kemudian, yang kusembunyikan dan yang kunyatakan dengan terang-terangan. Engkau-lah tuhan yang terdahulu dan yang kemudian. Tiada Tuhan selain Engkau, tak ada daya dan upaya melainkan dengan-Mu ya Allah. (HR. Bukhari-Muslim)

Ya Tuhanku (khusus do’a tahajjud) Masukkanlah aku melalui tempat masuk yang benar/baik, dan keluarkanlah aku melalui tempat keluar yang benar. Dan jadikanlah bagiku dari sisi-Mu kekuasaan yang dapat menolong. (Al-Isra’, 17:80)



Nama : Prassasti Vallentine
Jurusan : Teknologi Pendidikan berkonsentrasi di Pendidikan TIK
NIM : 0800914

MULTIMEDIA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN

MAKALAH

MULTIMEDIA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas akhir

Mata Kuliah Media Pembelajaran

Dosen: Dr.H. Wina Sanjaya, M.Pd

Disusun oleh:

Prassasti Valentin

0800914


KONSENTRASI GURU TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

TAHUN 2008

KATA PENGANTAR

FUJI DAN SYUKUR PENULIS PANJATKAN KEKHADIRAT Allah SWT, yang telah memberikan segala kenikmatannya, kepada kita semua, khusunya kepad penulis senidiri yang alhamdulilah atas kehendak-Nya akhirnya penulis bisa menyelesaikan makalah yang bejudul “Multimedia sebagai Media Pembelajaran” ini.

Salawat dan saam semoga terlimah curah kepada Nabi Muhamad sebagai pembawa syariah yang mulia islam. Kepada keluarganya, para sahabatnya serta kita semua sebagai umatnya yang mempunyai kewajiban untuk selalu menjaga risalah islam,agar tetap berdiri, sehingga nanti diakhirat kita semua akan mendapatkan safanya,amin.

Dalam makalah yang penulis susun ini, penulis deskrifsikan mengenai peran multimedia sebagai media pembelajaran. Penulis juga masukan berbagi jenis dan tipe dari multimedia itu sendiri.

Penulis juga mengucapkan terimakasih sekali kepada semua pihak yang telah membantu dalam, penulisan makalah ini. Terutama kepada dosen mata kuliah media pembelajaran, semoga semua kebaikannya senantiasa mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari-Nya.

Yang terakhir mohon maaf apabila pembaca menmukan kesalahan penulisan, dan penulis harapkan untuk bersedia membeikan masukannya. Agar kedepannya penulis bisa lebih baik lagi.

Bandung, 20 Desember 2008



Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

TIK adalah jantung yang mensuplai energi bagi jalannya industri seperti perbankan, telekomunikasi, dan manufaktur. Melihat fenomena tersebut, tidak mengherankan jika banyak negara menjadikan TIK sebagai industri unggulan dalam rencana pembangunan mereka. Bahkan negara-negara yang bangkit di awal abad 21 seperti India dan China memiliki portfolio industri TIK yang impresif. Negara-negara tersebut sadar, bahwa TIK dapat melesatkan pertumbuhan ekonomi mereka. TIK adalah industri masa depan, sehingga penguasaan TIK merupakan langkah strategis untuk menjadi negara yang berpengaruh di masa depan.

Metode pembelajaran merupakan suatu konsep yang harus dimiliki oleh setiap pengajar/guru. Metode pembelajaran yang tepat sangat berperan demi terciptanya tujuan dari pendidikan itu sendiri.

Dari dulu metode yang digunakan oleh para pengajar pada prinsipnya sama, apakah itu dengan cara diskusi, praktek secara langsung ataupun cara-cara lainnya. Namun siswa suatu saat akan mengalamai kejenuhan dengan metode tersebut dan juga tidak semua siswa bias menerima cara-cara tersebut karena setiap siswa memiliki tingkat intelegen yang berbeda. Dalam kehidupan sehari-hari bisa kita lihat bahwa acara televisi, lagu, video, animasi ataupun gambar-gambar yang menarik bisa menimbulkan rasa ketertarikan dan penasaran serta tidak membuat kita merasa cepat jenuh. Dan juga kita lebih mudah mengerti dan menerimanya itupun karena adanya inovasi dan kreativitas yang terus-menerus sehingga masyarakat tidak mudah bosan bahkan menunggu.

Dari kehidupan sehari-hari seperti yang telah diuraikan, maka tidak ada salahnya para pengajar menggunakan metode/cara seperti halnya televisi, lagu ataupun gambar. Untuk mengimplementasikan metode tersebut secara tidak langsung kita akan berhubungan dengan teknologi informasi. Perkembangan teknologi informasi dari hari ke hari terus berkembang dengan pesatnya. Mengapa kita tidak memanfaatkan teknologi informasi tersebut untuk melakukan metode pembelajaran ?. Mau tidak mau para pendidik dituntut untuk menguasai teknologi informasi meskipun sedikit atau sekedar tau informasinya, karena cakupan dari teknologi informasi sendiri sangat banyak.

BAB II

ISI

MULTIMEDIA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN

Bila kita bicara mengenai televisi, lagu, animasi dan gambar maka kita akan berbicara mengenai multimedia. Multimedia merupakan gabungan dari suara, video, animasi, teks dan gambar yang dijadikan satu sehingga menjadi lebih menarik dan mencapai dari tujuan yang diinginkan.

Dalam multimedia sendiri terdapat beberapa yang dapat digunakan sebagai media dalam pembelajaran. Salah satu diantaranya adalah dalam bentuk CD interaktif ataupun presentasi interaktif. Multimedia ada yang interaktif dan ada yang linear. Multimedia linear tidak mengikutkan user, user hanya sebagai penonton saja sedangkan interaktif/hierarki mengikutsertakan user dalam penggunaan aplikasinya.

Kita bisa menggunakan kedua-duanya, tentunya disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan. Dalam pembuatan aplikasi pembelajaran menggunakan multimedia, pertama yang harus dilakukan adalah membuat konsep/struktur dari aplikasi tersebut.

Bagaimana aplikasi yang dibuat nanti mempunyai daya ketertarikan dan mudah di mengerti serta mudah diserap oleh siswa. Selanjutnya adalah mengumpulkan materi dan bahan-bahan pendukungnya dan juga membuat desain antar muka dan melanjutkannya menjadi desain aplikasi. Setelah itu baru proses pembuatan aplikasi dilakukan dengan menggunakan software yang digunakan untuk keperluan pembuatan aplikasi multimedia seperti software macromedia flash dan macromedia director. Sebenarnya dengan menggunakan power point juga bisa diterapkan tapi kita tidak bisa mengembangkan lebih baik/menarik lagi karena keterbatasan dari software tersebut.

Dalam pembuatan konsep diperlukan ide dan kreatifitas yang tinggi agar tujuan yang diharapkan tercapai. Kreatifitas sendiri bisa dimulai dengan meniru dan memodifikasi, maka dengan sendirinya kreatifitas itu akan muncul . Kita bisa mencari referensi, tutorial ataupun informasi di internet. Memang jika di pikir akan terasa berat bagi para pendidik karena kita dituntut untuk menguasai software tersebut dan juga dituntut untuk kreatif.

Tapi jika kita mengandalkan metode lama maka hasilnya masih minimal, sekarang jaman sudah serba teknologi jadi gunakan teknologi dalam dunia pendidikan supaya memperoleh hasil yang lebih maksimal.

BAB III

SIMPULAN DAN SARAN

3.1.SIPULAN

Dari uraian singkat diatas bisa disimpulkan bahwa multimedia menjadi alternative sebagai media dalam proses pembelajaran di sekolah. Dengan menggunakan multimedia sebagai media pembelajaran diharapkan menumbuhkan ketertarikan dan minat siswa dalam mengikuti pelajaran dan juga memperoleh hasil/tujuan yang maksimal.

3.2.SARAN

Setelah kita medapatkan penjelasan mengenai uraian isi diatas, maka penulis menyarankan agr pemanfaatan multimedia dalam pembelajaran perlu terus ditingkatkan oleh para tenaga penidik, mengingat manfaat yang didapat sangat luar biasa.

Template by : Kendhin x-template.blogspot.com